Bacaan Sex Terbaru 2023 Tina Gadis Perawan Cantik - Bacaan sex, bacaan dewasa, bacaan ngentot, bacaan panas, cerita seks terbaru 2023. Namaku Tina. Usiaku 16 tahun. Aku sekolah di sebuah SMU swasta populer di Surabaya. Telah hampir setahun ini nasibku penuh berisi kebahagiaan-kebahagiaan yang liar. Dugem, ineks serta seks bebas. Hingga akhirnya aku terjerumus dalam ambang kehancuran. Terombang-ambing dalam ketidak pastian. Aku bimbang apa yang kucari. Aku bimbang wajib kemana arah serta tujuanku. Apa yang selagi ini kulakukan tidak memberbagi kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila. Siapakah aku ini?
Sejujurnya aku rugii keadaanku yang semacam ini. Keterlibatanku dengan narkoba telah membawaku ke dalam kenasiban yang kelam. Sungguh kejam! Aku jadi berangan-angan ingin kembali ke kenasiban lamaku dimana aku belum mengenal narkoba. Saat itu begitu indah. Orang tuaku sayang padaku. Andrew pacarku dengan setia berada disisiku. Serta dirinya rutin datang untuk menghibur serta menemaniku.
Kumpulan Bacaan Sex Terbaru 2023 Tina Gadis Perawan Cantik
Aku jadi ingat pada hari-hari tertentu, kawan-kawan sekolahku datang main ke rumah untuk mengerjakan tugas alias hanya sekedar berkumpul. Kalau lagi ada pacarku, mereka rutin menggoda kami sebagai pasangan serasi. Padahal menurutku kami bertolak belakang. Aku pemalu serta mudah merajuk. Sedang pacarku biang kerok di sekolah serta tidak tahu malu. Aku berprestasi dalam pelajaran tapi tidak lebih menguasai bidang olah raga. Sedangkan dirinya berprestasi dalam olah raga tetapi malas belajar. Tinggiku sedang serta badanku agak kurus. Sedangkan dirinya tinggi serta besar. Pokoknya beda banget. Tapi kawan sekolah mengatakan kami pasangan serasi. Entah apanya yang serasi..
Aku tetap ingat saat-saat terbaru dirinya meninggalkan aku untuk sekolah ke Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu merupakan saat terbaru aku bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara semacam orang bodoh. Tidak ada kata yang terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari mulutku. Orang tuanya hingga sungkan pada orang tuaku serta berusaha menghiburku dengan mengatakan bahwa Andrew bakal tidak jarang pulang ke Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tidak kalah serta berjanji padaku bakal menyekolahkan aku ke Amerika selepas SMU.
Kata orang cinta bakal lebih terasa saat terpisahkan oleh jarak. Aku tidak sabar untuk membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali menjadi pelepas dahaga bila aku rindu suaranya. Setiap malam menjelang tidur, aku menonton-lihat gambar kami berdua. Serta tidak lupa aku mendoakan dia.
Kini Andrew tidak bakal mau memandangku lagi. Laporan dari kawan-kawannya yang menonton aku berkeliaran di diskotik-diskotik dengan lelaki lain membikinnya murka serta tidak mempercayai aku. Dirinya mengadili aku yang hanya bisa menangis serta berjanji bakal menghentikan lakukananku. Tapi apa daya, di belahan dunia lain, Andrew tidak bakal bisa menonton keseriusanku. Dirinya meminta untuk mengakhiri hubungannya denganku walau aku menangis meraung-raung di telepon. Aku tidak berdaya. Dirinya begitu kerasnya tidak mengampuni kesalahanku.
Yah terbukti semua itu terbukti salahku. Tapi apakah aku tidak punya peluang untuk membenahi kesalahan? Apakah setiap orang tidak sempat khilaf? Apakah sama sekali tidak ada ampun untukku? Dirinya dulu mengatakan apa pun yang terjadi bakal rutin mencintaiku. Bakal rutin menjagaku. Terus hari cintanya padaku bakal terus besar. Nyatanya, bohong! Itu semua hanya bohong belaka!
Saat ini aku jadi ceweq bodoh, tidak jarang melamun serta mudah stres. Bukan hanya hubunganku dengan Andrew yang hancur. Hubunganku dengan ayah ibuku juga memkurang baik. Mereka telah menyerah menghadapi aku yang hampir setiap hari pulang pagi. Mereka bahkan mengancam bakal mengusir aku bila terus menerus semacam ini.
Aku jadi tidak jarang membolos sekolah. Prestasiku di sekolah makin hari makin memkurang baik. Aku telah kehilangan ketertarikan untuk belajar serta meraih ranking tinggi di sekolah. Hubungan sosial dengan kawan sekolahku juga terus kurang baik. Aku malas berteman dengan mereka. Aku takut mereka mengenal siapa aku sebetulnya. Aku takut mereka menyebarkan tingkah lakuku sebetulnya. Aku takut..
Aku jadi paranoid! Aku jadi mudah curiga dengan semua orang. Aku jadi susah tidur serta melamun yang tidak-tidak. Aku jadi tidak jarang mimpi kurang baik serta makin susah membedakan mana mimpi serta kenyataan. Lama-lama aku bisa gila!
Aku ingin berhenti memakai narkoba serta sesegera mungkin meninggalkan dunia gemerlap yang selagi setahun ini kugeluti. Tapi aku susah meninggalkannya. Aku terperangkap di dalamnya!
Ineks! Semua ini gara-gara pil setan itu! Badanku terus kurus. Mataku cekung dihiasi garis hitam dibawahnya. Aku tidak mengenali wajahku sendiri di hadapan cermin. Bahkan Mamaku telah membekas aku sebagai wanita nakal.
Yah.. wanita nakal.. aku terbukti telah jadi wanita nakal. Aku telah melepaskan keperawananku pada seorang pria yang bukan suamiku. Aku malu pada diriku serta pada orang tuaku. Diriku bukan Tina yang dulu. Tina yang rutin meraih prestasi di sekolah. Tina yang rutin membanggakan orang tua. Tina yang rajin ke gereja. Tina yang lugu serta pemalu. Tina yang rutin jujur serta berterus terang..
Malam itu entah malam keberapa aku ke diskotik dengan Martin. Seusai triping gila-gilaan bersama kawan-kawan, aku pulang bersama Martin. Sebetulnya aku malas pulang sebab tetap dalam kondisi on berat. Gara-gara Bandar gede dari Jakarta datang, semua jadi banyak ineks. Badanku terus bergetar tiada henti, serta rahangku bergerak-gerak ke kiri serta kekanan. Dengan eratnya aku peluk lengan Martin seolah-olah takut kehilangan dirinya.
Tidak semacam biasanya Martin mengajakku putar-putar keliling kota. Mungkin dirinya kasihan menonton aku tetap on berat serta tidak tega membiarkan aku sendirian di rumah. Aku sih bahagia-bahagia saja. Kuputar lagu-lagu house music agak kencang, walau aku tahu dampaknya bisa fatal.
Tak hingga lima menit, lagu house music serta hembusan hawa AC yang dingin membikin aku on lagi! Aku menggerak-gerakkan badan, kepala serta tanganku di bangku sebelah. Rasanya asyik sekali triping dalam mobil yang melaju membelah kota! Martin tertawa menonton aku memutar-mutar kepala semacam angin puyuh.
“Untung kaca film mobilku gelap. Jadi aku nggak butuh takut orang-orang menonton tingkahmu!” ujarnya.
Hahaha.. rasanya saat itu aku tidak peduli mau dilihat orang, polisi, hansip alias siapa pun juga, aku tidak bakal peduli! Lagipula ini tetap jam 3 pagi.
Seusai setengah jam kami putar-putar kota, akhirnya kami hingga di daerah kurang lebih rumah Martin. Martin menyarankan supaya aku meneruskan tripingku di rumahnya. Sebab terlalu riskan bila triping di jalanan semacam itu. Kalau sedang sial bisa ketangkap polisi. Aku yang telah tidak bisa berpikir lagi Cuma mengiyakan semua omongannya.
Sampai di rumahnya, aku langsung diantar ke kamarnya. Sambil meletakkan kunci mobil, Martin menyalakan ac serta memutar lagu house music untukku. Wah dirinya sangatlah ingin membikin aku on terus hingga pagi! Ok, Aku layani! Kurebut remote ac dari tangannya serta ku setel dengan temperatur paling rendah.
Martin yang telah drop, begitu mencium aroma ranjang langsung hendak merebahkan badannya yang besar itu ke tempat tidur. Pasti saja aku tidak ingin tripping sendiri! Kutarik tangannya serta kuajak dirinya goyang lagi. Martin mengerang serta tetap menutup wajahnya dengan bantal. Tingkahnya dibangun manja semacam anak kecil. Tidak habis pikir aku segera mencari koleksi minumannya di mejanya. Kusambar sebotol Martell VSOP serta kupaksa dirinya minum.
Mulanya Martin menolak dengan argumen besok wajib kerja. Tetapi aku memaksa terus hingga dirinya tidak berkutik. Beberapa teguk Martell membuahkan hasil juga. Martin bangun serta duduk didepanku. Aku segera memeluknya dari belakang serta menggodanya dengan manja.
“Kalau kalian mau nemenin aku tripinng.. kali ini aku jadi milikmu.”
“Milikku sepenuhnya..? Ehm.. I love it!” Balas Martin nakal.
“Ya..ehm.. jadi milikmu..” gumamku di dekat telinganya.
Aku memeluknya dari belakang serta menciumi telinganya hingga dirinya kegelian. Aku terus menggodanya dengan menciumi leher serta bahunya. Tiba-tiba dirinya membalikkan badan serta menyergapku! Aku kaget juga serta berteriak kecil. Martin mendekapku erat-erat serta balas menciumi wajah, leher serta telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian oleh tingkahnya.
Lama-lama ciuman Martin terus turun ke bawah. Dirinya melorotkan tali tank-topku serta menciumi buah dadaku dengan ganas sambil mendengus-dengus. Aku bergetar menahan geli serta rangsangan yang hebat. Otot-otot badan serta kakiku terasa kaku semua.
Tidak puas menciumi dadaku, Martin meloloskan bra yang menutupi dadaku jadi kedua buah dadaku tersembul keluar.
“Woow.. aku paling suka payudaramu!” desisnya.
Aku paling suka kalau keindahan tubuhku dipuji. Dirinya mengucapkan kata-kata itu dengan mata berbinar-binar jadi membikinku senang. Pasti saja aku langsung menutupi dadaku dengan kedua tanganku seolah-olah melarangnya untuk menonton.
Sedetik kemudian dirinya membuka kedua tanganku serta membungkuk kearah dadaku lalu mendekatkan mulutnya ke puting kananku. Dengusan napasnya yang tentang putingku telah bisa membikinku menggelinjang. Pelan-pelan lidahnya menjilat putingku sekilas, lalu berhenti serta memandang reaksiku. Aku memejamkan mata serta mendengus. Perasaanku melambung hingga ke awang-awang! Ketika kubuka mataku, dirinya memandangku sambil tersenyum nakal. Aku memukulnya. Kemudian dirinya menjilat puting kiriku sekilas. Aku kembali menggelinjang-gelinjang. Aku merasa detik-detik penantian apa yang bakal dilakukan Martin pada putingku membikin aku makin penasaran. Aku mengerang-erang ingin supaya Martin meneruskan aksinya.
Aku telah sangat terangsang hingga memohon-mohon padanya supaya memuaskan aku. Martin tersenyum manis sekali lalu mulai memasukan putingku ke mulutnya. Putingku dipermainkan dengan mulut serta lidahnya yang hangat. Aku bergetar serta menggelinjang menjadi-jadi. Kepiawaian Martin merangsang serta memuaskan aku telah terbukti. Rangsangan yang luar biasa melupakan segala janji yang sempat kubuat.
Martin sangat terangsang rupanya. Aku merasa ada yang mengganjal di tahap bawah perutku serta menyodok-nyodok kemaluanku. Aku membuka kedua kakiku lebar-lebar serta mengubah posisi pinggulku supaya kemaluanku bergesekan dengan penisnya. Tiap kali penisnya menggesek klitorisku aku mengerang serta merenggut apa saja yang bisa kurenggut tergolong rambutnya. Napas kami yang mendengus-dengus bersahut-sahutan bersaing dengan lagu house music yang memenuhi ruangan.
Martin meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu hingga aku telanjang bulat. Aku menatap wajahnya dengan perasaan tidak karuan. Lalu dirinya membuka pakaiannya sendiri serta mulai menyerangku dengan ganas.
Aku diciumi mulai mulut turun ke leher lalu ke buah dadaku. Kemudian turun lagi melalui pusar serta bulu kemaluanku. Dirinya berhenti sesaat sambil menonton aku yang telah terangsang berat.
“Martin.. cium anuku please..” pintaku terbata-bata.
“Hehehe..” Desisnya pelan.
Lalu tanpa menantikan perintah kedua kalinya, dirinya mulai mengubah posisinya supaya mulutnya pas di kemaluanku. Kemudian kakiku dibuka lebar-lebar ke atas jadi kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa dingin menerpa tahap dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata berdebar-debar menantikan Martin mengawali aksinya.
Martin menciumi segi luar kemaluanku dengan perlahan. Aku mengerang tertahan serta mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah serta berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya lama sekali semacam kalau dirinya menciumi bibirku. Dirinya mengulum serta kadang menyedot kemaluanku dengan kuat. Aku mendesah-desah keras sekali. Tidak tergambarkan rasanya. Lalu ketika lidahnya ikut bermain, aku tidak kuat menahan lebih lama lagi. Dibukanya bibir kemaluanku dengan jarinya, lalu lidahnya dimasukan diantaranya. Lidahnya memilin-milin klitorisku serta kadang masuk ke vaginaku dalam sekali.
Erangan panjang menandakan kenikmatan yang tiada taranya. Aku malu sekali ketika orgasme dihadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku perlahan-lahan mengendur seiring dengan tekanan yang kurasakan. Martin terbukti hebat. Dirinya telah berpengalaman memuaskan ceweq. Dirinya bisa tahu timing yang tepat kapan wajib cepat serta kapan wajib pelan. Aku jadi curiga apa dirinya berprofesi sebagai gigolo yang biasa memuaskan Tante-Tante kesepian. Hehehe..
“Lho kok cepat? Udah terangsang dari tadi ya?” tanyanya sambil senyum-senyum mesum.
Mukaku memerah ketika aku tidak bisa menjawab pertanyaannya. Aku memukulnya dengan bantal sambil menggodanya. “Kamu gigolo ya? Kok luar biasa banget?”
“Eh, gigolo! Tidak lebih ajar! Gua ini terbukti Don Juan Surabaya ya! Belum sempat ada ceweq yang tidak puas kalau main denganku!” katanya pongah.
“Kawan-kawanku hingga menjuluki aku ‘Sex Machine’!” lanjutnya.
“Ngibul! kalian pasti gigolo!” godaku sambil memukulnya dengan bantal lagi. Kami perang mulut selagi beberapa hari.
Kemudian Martin mengakhirinya dengan mengatakan, “Enak aja menghinaku! Sebagai balasannya, nih..” Martin melompat kearahku serta memasukkan kepalanya diantara kakiku.
Dia langsung melumat kemaluanku dengan mulutnya lebih ganas lagi padahal kemaluanku tetap berdenyut-denyut geli. Aku menjerit-jerit sebabnya. Gelinya menarik! Entah apakah kemaluanku telah sangat basah alias tidak, aku mendengar bunyi berkecipak di kemaluanku. Rasa geli yang menerpa segera berubah menjadi nikmat. Aku terhanyut lagi dalam permainan lidahnya.
Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Badanku rasanya lemas semua. Malam itu aku mudah sekali orgasme. Entah apa mungkin itu sebab pengaruh ineks alias terbukti aku telah dalam kondisi puncak, aku tidak tahu..
Kami break sebentar. Martin tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri tegak bagaikan tugu monas. Kepalanya yang merah mengkilat sebab cairan maninya meleleh keluar. Aku duduk di dipangkuannya serta memegang penisnya yang keras.
“Lho, sejak kapan celana dalammu lepas? Aku kok nggak tahu?” tanyaku.
“Hehehe.. kalian merem terus dari tadi sampe nggak tahu kalo burungku udah menantikan-nunggu ditembakkan ke sasaran!” candanya.
Aku kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sambil menggodanya. Lalu aku naik ke atas tubuhnya serta duduk tepat diatas penisnya. Martin tampak terangsang menonton tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya. Martin memejamkan matanya sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya. Aku juga merasa geli-geli nikmat saat penisnya yang keras serta licin menggeser klitorisku.
Lama-lama Martin tidak kuat menahan rangsangan. Dirinya bangkit serta memeluk tubuhku. Kami berciuman. Tanpa mempedulikan aroma cairan vaginaku di mulutnya, aku terus menggoyangkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang basah terus mempermudah penis Martin bergesekan diantar bibir kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, hingga akhirnya pertahananku runtuh!
Penis Martin mengoyak keperawananku! Kepala penisnya selip serta masuk ke vaginaku. Aku menjerit kaget serta gerakanku terhenti. Untuk sesaat aku merasa sakit sebab ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Martin juga berhenti serta hendak mencabut penisnya dari vaginaku. Tetapi aku mencegahnya. Aku sangatlah terhanyut dalam fantasiku sendiri bakal kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya erat-erat tubuhnya. Disamping rasa sakit, aku merasakan sebuahkenikmatan yang lain. Aku ingin merasakan lebih lama lagi.
Secara tidak sadar aku merendahkan pinggulku perlahan-lahan hingga penis Martin memenuhi liang vaginaku. Rasanya sungguh menarik! Aku memeluk Martin sekuat tenaga dengan napas terputus-putus. Kucengkeram punggungnya dengan kuku jariku tanpa peduli dirinya kesakitan alias tidak. Tidak terlukiskan perasaanku saat itu. Aku mengerang-erang. Rasanya seluruh sarafku terputus serta terpusat di kemaluanku saja. Martin membiarkanku sesaat menikmati peristiwat ini. Dirinya pasti juga sedang menikmati koyaknya selaput daraku.
Perlahan-lahan Martin mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya bergerak-gerak perlahan dalam kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh menahan nikmat serta geli. Vaginaku tetap sangat sensitif hingga hingga aku tidak tahan ketika penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu pada Martin.
“Kenapa aku nggak tahu kalau ML seenak ini? Kalau tahu, aku telah dari dulu mau making love sama kamu!” kataku parau.
Mendengar perkataanku, sesaat Martin hanya memandangku tanpa ekspresi. Aku tidak bisa menebak apa yang ada dipikirannya. Lalu dengan pandangan yang menyejukkan, dirinya mencium keningku serta pipiku. Aku menjadi tenang serta damai. Martin, aku sayang padamu, aku sayang padamu, aku sayang padamu. Tidak ada lagi Andrew dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu kataku dalam hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tidak bisa berpikir jernih! Yang ada dipikiranku hanya terus serta terus.. tanpa akhir..
Martin mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku. Mulanya perlahan, lama-lama terus cepat. Rasanya mau mati saking nikmatnya. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Hanya erangan serta desahan yang keluar dari mulutku. Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke dalam vaginaku membikinku tidak berdaya.
Malam itu aku orgasme empat kali. Martin menumpahkan spermanya di perutku serta terkapar disebelahku. Aku juga terkapar kelelahan. Saking lelahnya aku hingga tidak kuat untuk bergerak mengambil tissue untuk membersihkan spermanya yang tumpah di perutku. Nyatanya orgasme saat ML jauh lebih nikmat daripada dengan oral seks. Sungguh tidak sama..
Seusai terkapar beberapa hari, Martin membopongku ke kamar mandi serta memandikan aku. Aku terus menerus memandang wajahnya serta mencari-cari sinar apa yang terpancar di wajahnya. Apakah dirinya benar mencintaiku alias aku hanya salah satu perempuan koleksinya? Aku terus memeluknya saat dirinya membilas tubuhku dengan air hangat serta membersihkan kemaluanku. Kemudian seusai membersihkan diri, kami tidur kelelahan.
*****
Besoknya saat aku bangun, Martin telah tidak ada di sebelahku. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan. Detik berikutnya aku baru sadar kalau tidur telanjang bulat serta hanya ditutupi selimut. Perlahan-lahan memoriku memutar balik kejadian tadi malam. Agak susah mengingat kejadian semalam seusai pakai ineks serta minum minuman beralkohol.
Seusai ingat semua, dengan lunglai aku bangkit serta menonton kemaluanku. Kuraba serta kupegang kemaluanku. Rasa nikmat serta geli semalam tetap terbayang di pikiranku. Pikiran jelek mulai menggangguku. Aku telah tidak perawan! Aku telah kehilangan keperawananku di usia ke 16 dengan cowoq yang bukan pacarku maupun suamiku! Edan! Aku lepas kendali!
Kata-kata Ling mulai teringat kembali. Saat dirinya kehilangan keperawanannya pertama kali, dirinya menangis menjadi-jadi semalaman. Tetapi sekarang dirinya telah biasa serta malah tidak jarang making love. Aku teringat saat Ling mengenalkan Martin padaku, dirinya memperingatkan Martin supaya jangan macam-macam padaku. Beberapa macam kejadian dari awal aku kenal kenasiban malam hingga sekarang lalu lalang dalam pikiranku seolah-olah menyindirku. Sekarang semuanya telah terjadi! Aku tidak percaya! Aku jadi semacam Ling!
Aku ingin menangis rugii semuanya! Tetapi telah telat! Apalagi saat aku menonton setitik noda hitam pada sprei. Aku langsung menangis menjadi-jadi. Aku merasa berdosa! Bayangan wajah Papa Mamaku berkelebat berganti-ganti dalam benakku. Aku merasa berdosa pada Papaku, pada Mamaku, pada kakakku, pada seluruh keluargaku!
Aku ke kamar mandi untuk membersihkan diriku! Aku merasa kotor serta hina! Aku bukan Tina yang dulu lagi! Masa depanku hancur! Siapa yang mau sama aku! Cowoq mana yang mau menerima ceweq semacam aku! Ceweq yang telah tidak utuh lagi! Ceweq terjangkauan! Aku benci diriku sendiri! Aku benci semua orang! Aku menangis lama sekali di kamar mandi. Kutumpahkan semua perasaanku dalam air mata yang segera tersapu guyuran air hangat. Hingga akhirnya aku tergeletak lemas di lantai kamar mandi.
Seusai bosan menangis, aku segera beranjak dari kamar mandi serta mengenakan pakaian. Kuambil handphoneku serta kukirim SMS pada Ling. Aku minta dirinya menjemputku di rumah Martin. Ling menyanggupi serta berjanji bakal menjemput aku sepulang sekolah pukul 13.00
Pukul sebelas Martin pulang ke rumah. Tiba-tiba perasanku jadi campur aduk saat kudengar suara mobil Martin memasuki rumah. Ada perasaan jengkel yang menggebu-gebu padanya.
“Kok berani-beraninya orang segede dirinya menjerumuskan anak kecil! Dasar hidung belang!” pikirku jengkel.
Aku duduk di ranjang menghadap pintu sambil menantikan dirinya masuk. Kusiapkan wajah sesuram mungkin supaya dirinya tahu kalau aku marah padanya. Aku telah mempersiapkan diri untuk mendiamkannya selamanya. Pokoknya dirinya wajib tahu kalau aku marah!
Martin yang sepuluh tahun lebih dewasa tahu bagaimana wajib bertindak menghadapi aku. Dirinya diam saja saat aku mendiamkannya. Lalu mulai mengajakku makan. Aku menolak. Dirinya terus mengajakku bicara serta bercerita kalau dirinya bangun kesiangan jadi telat kerja. Dirinya pura-pura tidak tahu aku marah padanya. Sejurus kemudian dirinya mulai memelukku serta mengatakan kalau dirinya segera pulang sebab khawatir aku belum makan alias kesepian di rumah.
Lama-lama aku kasihan juga padanya. Dirinya baik padaku. Sebetulnya yang salah aku. Aku yang memaksanya melakukan itu. Padahal kemarin dirinya telah mau tidur, aku malah merangsangnya habis-habisan. Yah, aku yang salah. Semacam membangkitkan macan tidur. Aku pun mulai melunak. Aku mulai menjawab pertanyaannya sepatah-sepatah hingga akhirnya suasana mulai cair.
Mengerti umpannya mengena, Martin mulai merayuku serta menggodaku. Aku tidak tahan digoda serta mulai membalas godaannya.
“Martin, kalian wajib bertanggung jawab! Kalian wajib kawin sama aku!” serangku.
“Jangan kuatir sayang! Aku ini dari dulu juga suka sama kamu. Cuma aku takut kalian yang nggak mau sama aku sebab aku terlalu tua. Hahahaha..” balasnya.
Aku tidak peduli pikirku. Toh aku juga merasa tepat dengan Martin. Dirinya begitu dewasa. Dirinya bisa momong aku. Persoalannya, dirinya sepuluh tahun lebih tua dari aku. Apa orang tuaku setuju aku menikah dengannya?
Pikiranku telah jauh lebih baik sekarang. Martin memelukku erat-erat serta menghiburku. Aku jadi makin sayang padanya.
Dampak kejadian malam itu, hampir tiap hari aku making love dengannya. Kami melakukan di rumahnya, di hotel, di kamar mandi, di mobil serta dimanapun kami mau! Beberapa posisi kami lakukan. Aku sangatlah ketagihan bersenggama! Bahkan kami sempat menginap seharian di hotel serta tidak keluar kamar sama sekali. Saat itu aku hingga orgasme sebelas kali waktu making love dengannya! Sangatlah liar serta tidak terkontrol!
Acara tripping rutin dilanjutkan dengan making love. Kesukaan kami merupakan triping sambil telanjang bulat berdua di kamar Martin sambil bercumbu. Asyik sekali rasanya! Saat pengaruh ineks menurun, kami bersenggama alias melakukan oral seks untuk membikin on lagi. Seusai sangatlah habis, kami lanjutkan dengan minum minuman keras. Edan.. Baca juga: Bacaan Sex Terbaru 2023 Aku Mau Tukar Istri
Dua bulan terbaru ini aku jarang kontak dengan Martin. Martin sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan aku sibuk diadili oleh keluargaku. Mereka marah besar padaku serta mengawasiku dengan ketat. Handphoneku disita sementara. Telepon untukku disortir sama orang tuaku. Kemana-mana rutin diantar sopir ayahku. Pokoknya aku jadi tahanan rumah!
Entah siapa yang salah! Aku tidak butuh menyalahkan siapa saja tidak hanya diriku sendiri. Aku sendiri pun rugi menyadari keadaanku sekarang. Orang luar pada bimbang menonton tingkahku. Aku nasib di dalam keluarga yang harmonis. Orang tuaku sayang serta perhatian padaku. Tapi kok bisa aku terjerumus jadi semacam ini?
Hahaha.. terbukti bego apa yang kulakukan. Penyesalan telah tidak ada gunanya lagi. Entah hingga kapan aku bisa berhenti dari dunia gila ini? Aku pun telah mulai bosan..
Koleksi Cerita Dewasa Sex ABG Perawan, Cerita Dewasa Sex SMA, Cerita Dewasa Sex Gangbang, Cerita Dewasa Sex SPG, Cerita Dewasa Sex ABG Bispak, Cerita Dewasa Sex Model, Cerita Dewasa Sex Suster, Cerita Dewasa Sex Janda Binal, Cerita Dewasa Sex Mahasiswi Bispak.